Peluang Bisnis Pembangunan SPA Kelas A Di Jakarta Selatan
PELUANG BISNIS PEMBANGUNAN SPA KELAS A
DI JAKARTA SELATAN
Abstract
This study investigated the development of a business opportunity spa class A in South Jakarta. Spa is a services business that provides additional aesthetic beauty, so needs assessment based on the legal aspects, market aspects, production aspects and aspects of relevant technology and financial aspects. Pattern of growth of total spa before and after the year 2000, the increase is significant. Spa in Indonesia before the year 2000 there were fewer than 400 spas. In the year 2001 - 2002 experienced an average increase of 100 units a day spa. Trend per year between years 2003 - 2004 the average has increased by over 200 spa tourism program developed in Indonesia. Some of the data collected through interviews to consumers spa, internal employees, employers spa class A which is already running, an expert in the field of spa shows the mainstay of business opportunities in tourism areas. The results of research on development class A spas in South Jakarta on aspects of (market and marketing, organizational and human resources, law and licensing, and operation and financial aspects) to identify highly feasible.
Keyword : Business oppourtunity, Spa. Jakarta Selatan Area
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dewasa ini Indonesia sedang menggalakkan pariwisata dengan mencanangkan program Visit Indonesia Year 2009 untuk menarik wisatawan luar negeri maupun dalam luar negeri. Sebagai salah satu sektor andalan, pariwisata diharapkan dapat mendorong peningkatan devisa negara melalui arus kunjungan wisatawan dari mancanegara yang membelanjakan pendapatannya dan menikmati jasa pelayanan di Indonesia.
Atraksi wisata yang berkembang saat ini adalah atraksi/daya tarik wisata yang berkaitan dengan kesehatan (spa). Indonesia mempunyai spesifikasi spa yang khas dan unik; hal ini dikarenakan sering dikaitkan dengan sumber daya alam dan budaya khasIndonesia yang beragam serta dekat dengan alam. Kekhasan ini yang membuat spa Indonesia mempunyai positioning yang unik dibandingkan dengan negara lain di dunia sehingga diharapkan dapat berkompetisi di forum Internasional.
Pada saat ini, banyak hotel dan biro perjalanan mempunyai paket spa bagi pelanggan sebagai salah satu paket penunjang disamping tawaran produk akomodasi dan transportasi. Industri spa saat ini, dapat ditemui di beberapa tempat, lengkap dengan aneka program perawatan yang ditawarkan. Program perawatan yang ditawarkan ada yang bersifat short term yaitu program pendek yang praktis biasanya berlangsung antara beberapa jam saja. Selain itu program perawatan spa yang ditawarkan ada yang bersifat long term dalambeberapa hari, biasanya untuk perayaan khusus spa untuk paket pernikahan.
Indonesia mempunyai pola perkembangan pasar bisnis spa yang bagus, baik sebelum tahun 2000 - 2004,Pola perkembangan jumlah spa sebelum dan sesudah tahun 2000 mengalami kenaikan yang signifikan. Spa di Indonesia sebelum tahun 2000 terdapat kurang dari 400 spa. Pada tahun 2001 sampai dengan 2002 mengalami kenaikan rata-rata sebesar 100 buah spa. Perkembangan per tahun antara tahun 2003 sampai 2004 rata-rata mengalami kenaikan sebesar 200 spa.
Perkembangan jumlah kunjungan pelanggan spa di Indonesia mengalami kenaikan yang signifikan yaitu sebesar 50% per tahunnya. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2002 jumlah kunjungan konsumen spa sebesar 7% pertahun tetapi pada tahun 2004 jumlah kunjungan ini mengalami pertumbuhan sebesar 14%. Jumlah pertumbuhan yang signifikan ini sangat menjanjikan bagi pelaku usaha spa untuk mencapai omset yang diharapkan.
Peluang bisnis spa di Indonesia terbuka lebar dikarenakan Indonesia mempunyai berbagai macam keunggulan. Keunggulan tersebut antara lain dilihat dari segi perawatan, interior dan eksterior, alam, produk, dan sumber daya manusia. Beberapa keunggulan spa di Indonesia adalah berikut ini:
1. Spa Indonesia apabila dilihat dari segi perawatan, Indonesia mempunyai beraneka ragam budaya dan tata cara perawatan diri yang sesuai dengan kearifan dan budaya lokal dikarenakan masing-masing provinsimempunyai keunikan tersendiri yang berbeda satu sama lain.
2. Spa Indonesia mempunyai keunikan yang khas apabila dilihat dari segi interior dan eksterior. Mengingat setiap propinsi di Indonesia menampilkan arsitektur desain bangunan, tata lampu, aksesori serta segala macam pernak pernik pendukung bangunan yang khas, unik, dan berbeda-beda yang mencerminkan pluralisme budaya bangsa.
3. Spa Indonesia mempunyai keunikan apabila dilihat dari bentang alam bumi Indonesia. Konsumen sekarang ini menginginkan spa yang tidak hanya terdapat didalam kota besar saja tetapi juga menginginkan tempat yang unik dan khas yaitu antara lain menginginkan perawatan diri di atas gunung, di dekat pantai, bahkan di atas laut. Alam Indonesia menyediakan bermacam mineral dan bahan yang dibutuhkan dalam perawatan diri misalnya rempah, batu, abu volkanik, lumpur, bunga, ratus serta berbagai macam mineral yang terkandung didalamnya.
4. Spa Indonesia apabila dilihat dari segi produk, pada jaman dahulu sudah dikenal bermacam minyak pijat. Indonesia juga menyediakan berbagai macam jenis bahan scrub yang digunakan yaitu antara lain lulur, beras, ketan, kopi, dan kelapa.
5. Indonesia mempunyai sumber daya manusia sebagai tenaga terapis yang khas terkenal denganBerdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka bisnis spa cukup menjanjikan, sehingga perlu disusun suatu studi peluang bisnis spa kelas A untuk lokasi di Jakarta Selatan. Lokasi Jakarta Selatan dipilih dikarenakan wilayah Jakarta Selatan merupakan pusat life style Jakarta, mempunyai kedekatan dengan wilayah Jakarta Pusat, pusat bisnis dan perumahan.
Pembatasan Masalah
Pada studi potensi bisnis kali ini tidak dilakukan studi aspek teknik produksi dan teknologi. Pelaku dalam bisnis spa lebih mengedepankan sentuhan terapi kecantikan dan penggunaan bahan alami daripada sentuhan teknologi yang berseberangan dengan sistem padat karya.
Desain spa tidak memiliki bentuk fisik baku yang wajib karena yang diutamakan adalah ambience, sehingga dari sisi operasional tidak ada kriteria penentuan kelayakan bisnis dari aspek operasional.
studi peluang bisnis spa difokuskan pada aspek pasar danpemasaran, manajemen, serta aspek keuangan dan pembiayaan investasi spa kelas A yang akan didirikan di Jakarta Selatan ini akan didanai melalui modal sendiri dengan penghitungan present value menggunakan tingkat bunga 6% per tahun.
Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian adalah untuk mendapatkan gambaran nyata peluang bisnis yang merupakan bisnis potensial terkini di Jakarta Selatan.
2. METODOLOGI
Perancangan ide/gagasan, mengkaji peluang bisnis Spa membutuhkan informasi yang dibutuhkan untuk mengevaluasi secara komprehensif melalui aspek hukum dan perijinan, aspek pasar dan pemasaran, aspek manajerial lebih menekankan pada organisasi dan pengelolaan sdm, dan aspek finansial. Secara rinci ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Perancangan Metodologi Penelitian
Pengumpulan Data
Untuk menjaring data dilakukan berdasarkan data primer melalui wawancara, dan pengamatan langsung serta data sekunder berdasarkan data arsip Badan Pusat Statistik (BPS) dan data perbankan
Pengolahan Data
Untuk aspek hukum melalui pendekatan normatif, sedang aspek pasar berdasarkan forecasting, dan pendekatan kualitatif pada aspek manajerial dan sdm serta untuk aspek finansial digunakan , analisa Payback Period , Internal Rate of Return (IRR) dan Net Present Value (NPV)
3. HASIL PEMBAHASAN
1. Aspek Hukum Dan Perijinan
Peluang bisnis berdasarkan aspek hukum dan perijinan dirancang berdasarkan bentuk badan hukum usaha yang tepat sesuai dengan tujuan pembangunan spa selanjutnya menilai apakah Peluang bisnis spa yang akan didirikan melanggar ketentuan undang-undang atau peraturan yang berlaku dan memahami prosedur pembangunan bisnis spa di Jakarta Selatan.
Aspek Pasar Dan Pemasaran
Hasil survei pendahuluan melalui browsing internet serta wawancara dengan beberapa pakar spa di Jakarta, menunjukkan bahwa persaingan bisnis spa lebih banyak pada aspek estetika dan nuansa yang dibawa oleh masing-masing spa, bukan pada aspek persaingan harga. Spa adalah kebutuhan lanjut, setelah kebutuhan-kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, dan papan terpenuhi. Konsumen spa lebih sensitif padadesain, estetika, dan atmosfer yang dibawa oleh sebuah tempat spa.
Dasar berpikir untuk mengetahui peluang pembangunan spa kelas A di Jakarta Selatan adalah berfokus pada kebutuhan dan keinginan konsumen. Data permintaan pasar dapat dievaluasi dari data sekunder yang diperoleh dari BPS Jakarta Selatan, sebagai prosentase penduduk yang memiliki karakteristik seperti yang menjadi segmen sasaran perusahaan, dikonfirmasikan dengan data pendapatan dari para pemilik spa di wilayah Jakarta Selatan. Pengukuran segmentasi konsumen (meliputi geografis dan demografis). Data yang akan diukur adalah: Karakteristik responden dari sisi demografi, dan Karakteristik responden dari sisi psikografi.
Data berkenaan distribusi penduduk berdasarkan tingkat penghasilan, pekerjaan, jenis kelamin, dan sebagainya di wilayah Jakarta Selatan, akan dikumpulkan langsung dari dari sumber sekunder yaitu BPS Jakarta Selatan.
Data jumlah penawaran layanan spa yang sudah ada di wilayah Jakarta Selatan akan dikumpulkan melalui survei pengamatan lapangan, serta bertanya langsung kepada para pemilik spa, atau dari nara sumber yang memahami bidang bisnis spa.
Dalam bisnis spa, diduga terjadit lonjakan permintaan pasar yang belum terlayani yang cenderung terus meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 12,5 %. Untuk itu perlu pengukuran peluang bisnis spa di wilayah Jakarta Selatan. Diawali dengan memetakan persaingan antar pebisnis jasa spa, melalui analisis Trend pasar berdasarkan
a) segmentasi pasar serta pasar sasaran, b) pengukuran penawaran jasa spa yang ada di Jakarta Selatan, dan c) menganalisa trend permintaan pasar ke depan
Untuk data harga/tarif rata-rata yang diterapkan Rp 550.000,- per layanan.
Hasil survei pesaing utama yang akan berhadapan muka dengan perusahaan yang akan didirikan adalah Bimasena, Gaya Spa, dan Martha Tilaar Spa, sehingga analisis strategi dan analisa SWOT perlu diterapkan untuk menganalisa daya saing bisnis.
Aspek Organisasi Dan Sdm
Subagyo (2008), menyatakan bahwa potensi bisnis dari aspek organisasi dan SDM adalah untuk mengetahui kelayakan secara organisasi dan sumber daya manusia yang dibutuhkan tersedia, melalui :
1. Mendesain struktur organisasi, yaitu menyusun struktur organisasi yang menggambarkan jenjang manajemen, kedudukan jabatan, dan struktur pertangungjawaban.
2. Mendesain sistem kompensasi, yaitu menguraikan struktur penggajian secara lengkap untuk semua jabatan dalam pekerjaan berdasarkan garis struktural dan fungsional.
3. Sistem pengembangan karyawan dengan menyusun rencana untuk mengembangkan keterampilan, pengetahuan, produktivitas, dan kinerja karyawan secara keseluruhan.
4. analisis pekerjaan diterapkan dalam menganalisis jenis-jenis pekerjaan atau jabatan yang harus ditangani di dalam usaha spa ini.
5. spesifikasi terhadap pekerjaan, yaitu menentukan persyaratan dan kualifikasi yang diperlukan untuk menempati sebuah posisi jabatan.
Keseluruhan data dalam analisis potensi bisnis dari aspek organisasi dan SDM akan dianalisa secara kualitatif. Sifat dari pendekatan kualitatif menurut Sarwono (2008) adalah sebagai berikut:
Konsep yang berhubungan dengan pendekatan. Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, dalam situasi tertentu (dalam konteks tertentu), yang lebih banyak berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan kualitatif, lebih lanjut, mementingkan pada proses dibandingkan dengan hasil akhir.
Beberapa urutan kegiatan dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala yang ditemukan yang biasanya berkaitan dengan hal yang bersifat praktis.
1. Dalam pendekatan kualitatif, maka dasar teori sebagai pijakan ialah adanya interaksi simbolik dari suatu gejala dengan gejala lain yang ditafsir berdasarkan pada budaya yang bersangkutan dengan cara mencari makna semantis universal dari gejala yang sedang diteliti. Pada mulanya teori kualitatif muncul dari aliran fenomenologi dan aliran idealisme. Karena teori ini bersifat umum dan terbuka maka ilmu sosial lainnya mengadopsi sebagai sarana penelitian, dan pada tahap ini dikenal sebagai “grounded theory research”.
2. Desain peluang bisnis lebih be sifat dinamis dan berubah-ubah / berkembang sesuai dengan situasi di lapangan. Sehingga sering diperlukan asumsi untuk tiap perubahan yang fleksibel dan terbuka.
3. Pada pendekatan kualitatif, banyak menggunakan data bersifat deskriptif, maksudnya data dapat berupa gejala yang dikategorikan ataupun dalam bentuk lainnya, seperti foto, dokumen, dan catatan-catatan lapangan pada saat penelitian dilakukan.
4. Sampel yang digunakan pada pendekatan kualitatif karena pada pendekatan kualitatif penekanan pemilihan sample didasarkan pada kualitas data bukan jumlah data. Untuk itu, ketepatan dalam memilih sample merupakan keberhasilan untuk menghasilkan penelitian yang baik.
5. Hubungan dengan yang diteliti digunakan pendekatan kualitatif yang dibangun didasarkan pada saling kepercayaan. Dalam praktiknya, peneliti melakukan hubungan dengan yang diteliti secara intensif.
6. Analisa data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif dan berkelanjutan yang tujuan akhirnya menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep dan pembangunan suatu teori baru, contoh dari model analisa kualitatif ialah analisa domain, analisa taksonomi, analisa komponensial, analisa tema kultural, dan analisa komparasi konstan (grounded theory research).
Kriteria pengujian potensi dari aspek organisasi dan SDM adalah bahwa jika tidak ada permasalahan dalam hal: (1) melakukan analisis pekerjaan; (2) melakukan spesifikasi terhadap pekerjaan; (3) mendesain struktur organisasi; (4) mendesainsistem kompensasi; serta (5) mendesain sistem pengembangan karyawan, makan disimpulkan bahwa gagasan pembangunan spa kelas A di Jakarta Selatan dari aspek organisasi dan SDM adalah layak.
Aspek Keuangan
Secara umum, pengusaha tidak kesulitan dalam hal permodalan, sehingga keseluruhan kebutuhan investasi akan didanai melalui modal sendiri. Selain itu, pemilik sudah siap, jika dalam beberapa bulan pertama perusahaan tidak menghasilkan keuntungan bahkan merugi. Namun, diharapkan dalam jangka waktu tertent, keseluruhanu investasi sudah kembali. Sehingga, peluang bisnis dari aspek keuangan dalam pembangunan spa ini adalah:
mengevaluasi kebutuhan investasi yang harus dikeluarkan untuk memulai bisnis spa , Berapa lama pengembalian modal dari bisnis spa dan menganalisi resiko yang akan dihadapi jika terjun ke bisnis spa secara rasional
Analisa studi peluang bisnis dari aspek keuangan diggunakan metode:
1. Net Present Value (NPV)
2. Payback Period
3. Internal Rate of Return (IRR) dan
4. Profit Indeks (PI)
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:
1. Kebutuhan Investasi. Kebutuhan investasi adalah segala pengeluaran awal yang digunakan untuk membeli atau membangun asset-asset dalam pembangunan spa ini. Secara umum akan dibuat anggapan umur ekonomis dari asset-asset yang dibeli adalah 5 tahun.
2. Kebutuhan Modal Kerja. Modal kerja adalah kebutuhan dana awal yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan selama pendapatan belum mampu menutupnya. Diharapkan dalam 3 bulan, perusahaan sudah mampu membiayai dirinya sendiri.
3. Proyeksi Rugi Laba. Pendapatan akan diperoleh dari data potensi pasar, sedangkan biaya-biaya adalah untuk biaya bahan baku perawatan spa, biaya tenaga kerja, biaya administrasi dan biaya depresiasi alat, serta pajak.
Kriteria pembangunan spa di Jakarta Selatan ini layak dari aspek keuangan adalah jika total NPV dari laba bersih setelah pajak sudah sama dengan investasi awal, dalam jangka waktu kurang dari 3 tahun. Jika lebih dari itu, maka disimpulkan tidak layak, karena tingkat resiko yang dihadapi akan meningkat.
Hasil evaluasi aspek keuangan Aspek keuangan pada pembangunan spa kelas A di Jakarta Selatan dapat dinyatakan layak, yang didukung penghitungan NPV, Payback Period, IRR, dan PI. Dari hasil penghitungan, dapat dilihat bahwa:
(1) Net Present Value (NPV) bernilai positif dimulai di tahun kedua atau lebih tepatnya di bulan ke 22, dengan Total Present Value dari cashflow yang sudah memperhitungkan (dipotong) untuk pengembalian investasi adalah Rp 52.959.648,89. Hal ini menunjukkan bahwa proyek usaha ini layak dan menguntungkan untuk dijalankan sesuai dengan kriteria kelayakan NPV sesuai aliran kas;
(2) Payback Period, dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa usaha ini akan ampu mmemberikan pengembalian modal pada bulan ke 19 dengan jumlah aliran kas masuk yang melebihi nilai modal awal sebesar Rp. 8.188.326,21.
Berdasarkan kriteria payback period dapat dinyatakan layak operasional;
(3) IRR, dari hasil perhitungan didapat nilai sebesar 28,7 % dan jika dibandingkan terhadap suku bunga deposito 6 %, maka peluang bisnis spa ini layak untuk dijalankan;
(4) PI, dari perhitungan dapat diketahu bahwa Profitability Index bernilai = 1 pada bulan ke 19 atau tahun kedua, yaitu sebesar 1,85. Berdasarkan kriteria kelayakan dimana PI = 1, maka usaha ini layak untuk dijalankan, dimana rata-rata PI selama 5 tahun memberikan nilai = 1 atau sebesar 1,85.
Nilai Investasi yang dibutuhkan dalam pembangunan spa kelas A adalah Rp 1.141.167.500,-, sedangkan modal kerja untuk operasional awal adalah sekitar Rp 180.000.000,-
4. KESIMPULAN
1. Pembangunan spa dari aspek hukum dan perijinan adalah layak, karena proses hukum dan ijin usaha berbadan hukum dapat dipenuhi sesuai visi misi perusahaan di masa depan
2. Aspek pasar dan pemasaran, investasi pembangunan spa kelas A di Jakarta Selatan adalah layak. Karena berdasarkan hasil analisis, pembangunan spa di wilayahJakarta Selatan dengan tarif Rp 550.000 per pelayanan menjanjikan omzet sekitar Rp 275 juta per bulan, dengan rata-rata potensi pengunjung per bulan adalah 575 orang . Berdasarkan hasil analisis strategi dan analisis SWOT terhadap tiga pesaing utama serta kondisi internal-eksternal perusahaan, perusahaan mampu memliki daya saing untuk memperebutkan pasar tersebut.
3. Aspek organisasi dan SDM, maka pembangunan spa kelas A di Jakarta Selatan adalah layak, karena tidak terdapat permasalahan dalam penerapan manajerial mengingat Jakarta Selatan merupakan wilayah yang maju sadar terhadap perkembangan dunia usaha.
4. Aspek keuangan pembangunan spa kelas A di Jakarta Selatan adalah layak, karena memenuhi kelayakan sesuai dengan kriteria yang terdapat dalam penghitungan : a) Net Present Value dari cashflow adalah Rp 52.959.648,89; b) Payback Period mampu memberikan pengembalian modal pada bulan ke 19 dengan jumlah aliran kas masuk yang melebihi nilai modal awal sebesar Rp. 8.188.326,21; c) IRR hasilperhitungan didapat nilai sebesar 28,7 % dan jika dibandingkan terhadap suku bunga deposito 6 %, maka peluang bisnis spa ini layak untuk dijalankan,; d) Profitability Index (PI), dari perhitungan dapat diketahu bernilai = 1 pada bulan ke 19 atau tahun kedua, yaitu sebesar 1,85.
5. Investasi yang dibutuhkan dalam pembangunan spa kelas A adalah Rp 1.141.167.500,-, sedangkan modal kerja untuk operasional awal adalah sekitar Rp 180.000.000,-
6. Pengambilan keputusan mengkaji peluang bisnis Pelayanan spa lebih menekankan pada pemahaman atas estetika kecantikan yang berkarakter dan mencerminkan budaya nusantara.
SARAN
Agar diperoleh gambaran lebih lengkap dan komprehensif perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam menunjang keberlanjutan:
1. membuka dialog dengan masyarakat sekitar melalui forum group discussion (FGD).
2. pada penerapan pembangunan seyogyana menggunakan tenagakerja daroi masyarakat setempat .
DAFTAR PUSTAKA
Alif, Erry, (2008), Spa sebagai Salah Satu Daya Tarik Wisata, PR & Marketing Manager Q Spa, a Tea Spa.
Alin Ve. (2007) : Laporan Studi Kelayakan: The Prince Coffee Shop. PT. Fast Learning. October 3.
Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata. (2002) : Inventarisaasi Usaha Spa.
Barney & Worth, Inc. (2005) : City of Soap Lake Spa / Wellness Center Feasibility Study. June.
D’Angelo, Janet M. (2006) : Spa Business Strategies: A Plan for Success. Penerbit Thomson.
Departemen Pariwisata. (2002) : Standar Usaha, Standar Kompetensi SDM, dan Standar Produk di Bidang Spa.
Dewanti, Retno. (2008) Kewirausahaan. Edisi Pertama. Jakarta, Penerbit Mitra Wacana Media.
Direktorat Kesehatan Komunitas, Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan RI. (2003) : Standard Pelayanan Spa dari Aspek Kesehatan, Jakarta.
Direktorat Standardisasi Produk Pariwisata Indonesia, (2002) : Standar Spa. November.
Essentia Spa Academy. (2003) : Proposal Program Life Skills: Pendidikan Ketrampilan Spa Therapist. Januari.
Halim, Abdul. (2009) : Analisis Kelayakan Investasi Bisnis: Kajian dari Aspek Keuangan. Yogyakarta, Graha Ilmu.
Indrajit, Richardus Eko dan Indrajit, Richardus Djokopranoto. (2003): Proses Bisnis: Outsourcing. Jakarta, Grasindo.
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Deputi Bidang Pengembangan Produk dan Usaha Pariwisata. (2003) : Direktori Spa Indonesia (Sehat Pakai Air).
Nirmala. (2001): Artikel Cantik Alami: Meraih Kecantikan Lahir Batin lewat SPA. Edisi Juni. halaman 64-67
Tempo. (2007) : Gaya Hidup Spa: Trend Spa. Sensasi Baru Orang Kota. Edisi 9. 15 Juli, halaman 23. 60 – 83.
Travel Club. (2004) : Artikel Jelajah Utama. Edisi 144 Januari . halaman 5 – 18.
Santoso, Singgih (2009) : Business Forecasting: Metode Peramalan Bisnis Masa Kini dengan MINITAB dan SPSS.Jakarta, Elex Media Komputindo.
Sofyan, Iban. (2003) : Studi Kelayakan Bisnis. Yogyakarta, Penerbit Graha Ilmu.
Subagyo, Ahmad. (2008) :Studi Kelayakan: Teori dan Aplikasi. Cetakan Kedua. Februari. Jakarta, Elex Media Komputindo.
Sugiyono. (2008) : Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cetakan Keempat. Februari. Bandung, Penerbit Alfa Beta.
Umar, Husein. (2007) : Studi Kelayakan Bisnis: Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis secara Komprehensif. Edisi 3. Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama.
Waluyo, Srikandi. (2004) : Pijat Praktis untuk Kesehatan. Cetakan Pertama. Oktober. Penerbit Buku Populer Nirmala.
No comments:
Post a Comment