WELCOME TO SALON UNIVERSITY

WELCOME TO SALON UNIVERSITY

Tuesday, June 1, 2010

TERAPIS SPA: 20.000 Orang Dibidik Lembaga Sertifikasi



TERAPIS SPA: 20.000 Orang Dibidik Lembaga Sertifikasi
Oleh: STEFFI NOVITA PURBA

DENPASAR: Lembaga Sertifikasi Kompetensi (LSK) Spa Nasional menargetkan sebanyak 20.000 sumber daya manusia profesional akan terbentuk pada 2012 sehingga menaikkan posisi tawar di tingkat internasional.
Wiwit Azmi Lestari, Kepala Bidang Sertifikasi LSK mengatakan sertifikasi bagi para terapis sangatlah penting karena kasus yang ada selama ini sejumlah terapis belum memiliki sertifikasi meskipun mereka sudah bekerja bertahun-tahun di industri spa.
“Industri spa memang sangat menjanjikan seiring dengan berkembangnya bisnis pariwisata namun nyatanya SDM belum memenuhi syarat berkompeten, profesional dan bersertifikasi, mereka menguasai teknik atau praktik 70% dan teori hanya 30%,” jelasnya saat uji kompetensi, Kamis (5/7).
Wiwit menjelaskan hanya menguasai praktik tidaklah cukup misalnya bisa menimbulkan ketidaknyamanan bagi konsumen dan lebih parah lagi jika konsumen sampai cedera sehingga dibutuhkan pengetahuan yang cukup untuk bisa menjadi spa terapis profesional.
“Dengan adanya uji kompetensi di beberapa sekolah spa membantu para terapis tahu tentang teori hingga praktik apakah mereka benar-benar berkompeten atau tidak dan ujian ini kita berikan secara gratis,” ujarnya.
Ini juga merupakan bagian dari program pemerintah langsung di bawah dinas pendidikan untuk bisa memberikan yang terbaik pada industri spa sejak tahun 2006 hingga saat ini masih terus mensosialisasikan sertifikasi ini, karena sulitnya berkomunikasi dengan industri spa yang mau tidak mau harus SDM mereka harus ikut uji kompetensi tersebut.
“Pihak kami berharap para terapis tidak hanya mampu sampai tahap terapis saja tetapi bisa ke tahap yang lebih tinggi yaitu supervisor dan manager asal mereka sudah lulus tahap per tahap,” katanya.
Jeni Widiyah, pengelola Padmastana Spa Training Center mengatakan SDM yang terampil dan profesional menjadi faktor paling penting dalam menghadapi persaingan di industri spa dan para pengusaha tidak mau asal-asalan merekrut tenaga kerja yang tidak memiliki kompetensi dalam bidangnya.
“Para terapis harus mengantongi sertifikat terlebih dahulu dan tentunya harus diterbitkan oleh lembaga yang kompetensinya diakui oleh pemerintah provinisi selain itu kebutuhan terapis dari Bali untuk di luar negeri cukup banyak,” ujarnya.
Jeni mengatakan setiap tahunnya, sekolah spa ini mampu mengirim 30 terapis ke luar negeri dengan bekerja sama dengan negara-negara seperti Rusia, Swiss dan Ukraina. “Setiap tahun kita mengadakan tiga hingga empat kali uji kompetensi dengan kuota 50-100 peserta yang ikut untuk bisa mendapatkan sertifikasi.”
Kendati demikian, Jeni tidak membantah peluang bisnis spa kerap kali dimanfaatkan untuk meraup keuntungan pribadi sehingga banyak usaha spa yang mengabaikan faktor keterampilan para terapisnya.
Kadek Muriadi, salah satu peserta uji kompetensi mengaku selama hampir 14 tahun ia bekerja di industri spa belum memiliki sertifikasi bahkan sudah memberikan training di Jepang.
“Saya merasa perlu untuk ikut uji kompetensi karena selama ini saya tidak tahu tentang teori hanya praktik saja, ini cukup bermanfaat karena nantinya saya berharap bisa membuka usaha sendiri melalui sertifikasi kompetensi,” ucapnya.(redaksi.dps@bisnis.co.id/k2)online casino